Tinkerbell Orange Glitter Wings

Jumat, 19 April 2013

1 PEMERIKSAAN RHEUMATOID FAKTOR PADA PENDERITA TERSANGKA RHEUMATOID ARTHRITIS


Agnes Sri Harti1, Dyah Yuliana2
1,2Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Rheumatoid Faktor (RF) adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG.
Sebagaimana ditunjukkan namanya, RF terutama dipakai untuk mendiagnosa dan
memantau Rheumatoid Arthritis (RA). Semua penderita dengan RA menunjukkan antibodi
terhadap IgG yang disebut RF atau antiglobulin. RA sendiri merupakan suatu penyakit
sistemik kronis yang ditandai dengan peradangan ringan jaringan penyambung. Pada orang
dewasa RA adalah suatu poliartritis inflamatoris sismetris yang ditandai oleh proliferasi
sinovial, perusakan tulang dan tulang rawan. Manifestasi tersering penyakit ini adalah
terserangnya sendi yang umumnya menetap dan progresif. Awalnya yang terserang adalah
sendi kecil tangan dan kaki dan seringkali keadaan ini mengakibatkan deformitas sendi dan
gangguan fungsi disertai rasa nyeri. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apakah serum
penderita tersangka RA yang diperiksa secara kualitatif memberikan hasil yang positif atau
negatif terhadap RF. Pemeriksaan RF secara aglutinasi latex dengan metode Randox RF
test. Ketika reagen dicampur dengan serum yang mengandung RF pada level yang lebih
besar dari 8,0 IU/ml maka partikel akan terjadi aglutinasi. Hal ini menunjukkan sampel
positif. Berdasarkan hasil pemeriksaan RF secara aglutinasi latex pada 15 sampel didapat
hasil 4 sampel positif (aglutinasi) terhadap RF yaitu sampel no. 1, 2, 14 dan 15, sedangkan
11 sampel menunjukkan reaksi negatif (tidak aglutinasi) terhadap RF sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemeriksaan RF pada penderita tersangka RA dapat digunakan untuk
membantu diagnosa RA.
Kata kunci : rheumatoid arthritis, rheumatoid faktor
ABSTRACT
Rheumatoid Factor (RF)is immunoglobulin which interacted with IgG molecule. As showed
by its name, RF mainly used to diagnose and monitor Rheumatoid arthritis. All suffecter of
rheumatoid arthritis showed antibody toward IgG which called rheumatoid arthritis or
antiglobulin. Rheumatoid arthritis is a chronic systemic disease which is indicated with light
inflammation of connecting tissue. The purpose of this research is to know if the detection of
rheumatoid factor on rheumatoid arthritis susffected showed result of positive or negative
toward RF qualitatively. RF examination dad done latex agglutinavely by RF test Randox
method. When reagen was mixed with serum which contain RF higher level of 8,0 IU/ml,
then there would be agglutinated on the particel. This thing showed positive sample.
According to the result of RF examination latex agglutinavely in 15 samples there are
positive sample toward RF, those are samples number 1, 2, 14, and 15 while the other
samples showed negative reaction toward RF. So, it could be conclude that RF detection on
rheumatoid arthritis suspected could be used to help diagnosing RA.
Keywords: rheumatoid arthritis, rheumatoid factor
2
PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan dan kemajuan yang pesat dalam segala macam
bidang teknologi, khususnya imunologi serologi dan molekuler, dikembangkan
untuk menerangkan dan menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit. Salah
satunya pemeriksaan Rheumatoid Faktor (RF) untuk mendiagnosa penyakit
Rheumatoid arthritis.
RF adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG (Widmann,
1995). Sebagaimana ditunjukkan namanya, RF terutama dipakai untuk mendiagnosa
dan memantau rheumatoid arthritis (Sacher, 2004). Semua penderita dengan
Rheumatoid Arthritis (RA) menunjukkan antibodi terhadap IgG yang disebut faktor
rheumatoid atau antiglobulin (Roitt, 1985). Rheumatoid arthritis sendiri merupakan
suatu penyakit sistemik kronis yang ditandai dengan peradangan ringan jaringan
penyambung. Sekitar 80-85% penderita RA mempunyai autoantibodi yang dikenal
dengan nama Rheumatoid faktor dalam serumnya dan menunjukkan RF positif.
Faktor ini merupakan suatu faktor anti-gammaglobulin. Kadar RF yang sangat tinggi
menandakan prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan
komplikasi sistemik. (Price, 1999 dan Widmann, 1995).
Dengan pemeriksaan RF pada penderita tersangka Rheumatoid arthritis
dapat digunakan untuk membantu diagnosa Rheumatoid arthritis.Perumusan
masalahnya apakah pemeriksaan serum penderita tersangka Rheumatoid arthritis
yang diperiksa secara kualitatif memberikan hasil yang positif atau negatif terhadap
Rheumatoid faktor? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pemeriksaan
Rheumatoid faktor dapat digunakan untuk membantu diagnosa penyakit Rheumatoid
arthritis.
METODOLOGI PENELITIAN
Data diperoleh dari laboratorium Rumah Umum Brayat Minulya Surakarta secara
acak, sampel darah diambil dari pasien yang dicurigai menderita Rheumatoid
arthritis. Pemeriksaan RF secara aglutinasi latex dengan metode Randox RF test.
3
Prosedur pemeriksaan RF
Prosedur secara kualitatif.
Meletakkan sample dan kontrol pada slide dengan tepat
Sampel Kontrol
positif
Kontrol
negatif
Sampel/
kontrol
50 μl 50 μl 50 μl
1. Meneteskan 50 μl reagen latex disamping setiap tetesan dari sampel atau
kontrol.
2. Mencampur dan meratakan sampai memenuhi lingkaran test.
3. Memutar slide selama 2 menit dan melihat adanya aglutinasi.
Prosedur secara semi kuantitatif
Menyiapkan pengenceran sample dengan pengencer 2 bagian sesuai dengan tabel
berikut ini:
Pengenceran RF (IU/ml pengenceran sampel)
1+1 16
1+2 24
1+4 40
1+8 72
dst…
Melakukan test pada setiap pengenceran sesuai dengan prosedur kualitatif sampai
tidak ada aglutinasi yang terlihat. Konsentrasi RF kemudian dapat dihitung dari
pengenceran terakhir yang ada aglutinasi.
RF (IU/ml) = pengenceran tertinggi reaksi positif x sensitivitas reagen (8,0 IU/ml)
4
Pembacaan Hasil
Cara pembacaan dari pemeriksaan Rheumatoid faktor secara aglutinasi latex:
Gambar 1. Reaksi positif dan negatif pada slide test
A: Reaksi positif bila terjadi aglutinasi
B. Reaksi negatif bila campuran keruh seperti susu
Jika terjadi hasil yang meragukan pada pemeriksaan, diulangi dan dibandingkan
dengan kontrol positif dan negatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data pemeriksaan Rheumatoid Faktor yang dilakukan pada 15 pasien tersangka
Rheumatoid Arthritis di RSU Brayat Minulya Surakarta didapatkan:
Tabel 1: Hasil pemeriksaan RF
No Nama Umur Hasil
1 Ny. A 63 Thn Positif
2 Tn. B 42 Thn Positif
3 Tn. C 80 Thn Negatif
4 Ny. D 45 Thn Negatif
5 Sdr. E 27 Thn Negatif
6 Ny. F 62 Thn Negatif
7 Tn. G 34 Thn Negatif
8 Ny. H 54 Thn Negatif
9 Ny. I 36 Thn Negatif
10 Ny. J 47 Thn Negatif
11 Ny. K 49 Thn Negatif
12 Ny, L 65 Thn Negatif
13 Tn. M 61 Thn Negatif
14 Ny. N 79 Thn Positif
15 Tn. O 74 Thn Positif
Ket: (+) aglutinasi
(-) tidak aglutinasi
A B
5
Dari hasil pemeriksaan RF pada pasien tersangka Rheumatoid Arthritis di
laboratorium RSU Brayat Minulya Surakarta, 15 sampel yang dicurigai menderita
RA didapatkan 4 sampel yang menunjukkan reaksi positif (aglutinasi) terhadap RF
yaitu Ny. A, Tn. B, Ny. N, Tn. O dan 11 sampel menunjukkan reaksi negatif (tidak
aglutinasi) terhadap RF yaitu Tn. C, Ny. D, Sdr. E, Ny. F, Tn. G, Ny. H, Ny. I, Ny. J,
Ny. K, Ny. L, Tn. M. Dari 4 sampel yang positif 3 diantaranya merupakan usia
lanjut, hal ini terjadi karena sebanyak 15-20% dari mereka yang berusia diatas 60
mempunyai RF positif yang titernya rendah.
Awal terjadinya infeksi pada penderita RA terjadi pada daerah persendian.
Sel-sel yang mengalami inflamasi akan menyebabkan Ab masuk ke dalam rongga
sinovial. Sel tersebut melepaskan enzim lisosomal yang berakibat merusak bagian Fc
pada Ig G sehingga terbentuk determinan antigenik (neoantigen). Sebagai respon
terhadap neoantigen maka dibentuk Ab dari Ig G dan Ig M. Antibodi ini disebut RF
= “ Autoantibodi “, yang dapat membentuk suatu kompleks Ag-Ab dengan Ig G
secara lokal di dalam atau diendapkan di dalam sinovial (Harti, 2006).
Prinsip pemeriksaan ini adalah reagen RF mengandung partikel latex yang
dilapisi dengan gamma globulin manusia. Ketika reagen yang dicampur dengan
serum yang mengandung RF pada level yang lebih besar dari 8,0 IU/ml maka pada
partikel akan terjadi aglutinasi. Hal ini menunjukkan reaksi positif pada sampel
terhadap RF. Dan harus dilakukan pemeriksaan secara semi kuantitatif untuk
mengetahui titernya. Untuk tujuan ini sample harus dilarutkan dengan pelarut yang
tersedia dan ditest secara kualitatif. Tingkat RFdapat dihitung dari pengenceran
terakhir dengan aglutinasi yang terlihat. Sebaliknya bila pada serum yang diperiksa
menunjukkan level kurang dari 8,0 IU/ml hal ini menunjukkan reaksi negatif
terhadap RF.
Penghitungan kadar RF (IU/ml) = pengenceran tertinggi reaksi positif x
sensitivitas reagen (8,0 IU/ml). Menurut Price (1999) dan Widmann (1995) sekitar
80-85% penderita RA mempunyai autoantibodi yang dikenal dengan nama
Rheumatoid faktor dalam serumnya. Faktor ini merupakan suatu factor antigammaglobulin.
Titer RF yang tinggi belum tentu selalu mencerminkan aktivitas
penyakit tersebut, tetapi biasanya ada kaitannya dengan rheumatoid nodul, penyakit
6
6
yang parah, vaskulitis dan prognosis yang jelek. Meskipun test RF dapat membantu
menentukan diagnosis, tetapi bukan test yang spesifik untuk RA. RF dapat
ditemukan pada penyakit jaringan penyambung lain (misalnya sistemik lupus
eritematous, skleroderma, dermatomiositis), juga pada sebagian kecil (3-5%)
masyarakat normal. Pada masyarakat normal, sero positif ini semakin meningkat
sesuai dengan lanjutnya usia, sebanyak 15-20% dari mereka yang berusia diatas 60
mempunyai RF positif yang titernya rendah. Darah juga dapat ditest untuk
mengetahui apakah laju endap darahnya meningkat. Ini merupakan suatu tanda yang
tidak spesifik adanya peradangan. Pasien penderita RA mungkin juga menderita
anemia. Cairan sinovial yang normal merupakan cairan kuning muda yang jernih
dengan jumlah leokosit kurang dari 200 sel per millimeter kubik. Karena proses
peradangan yang terjadi dalam sendi kasus RA, maka cairan sinovial kehilangan
viskositasnya sedangkan jumlah leukosit meningkat sampai 5000-50.000 per
millimeter kubik,sehingga cairan tampak keruh.
Pada orang dewasa, uji utama yang membedakan RA adalah uji RF serum.
Karena dengan bertambahnya usia maka semakin besar kemungkinan ditemukan
kadar RF yang rendah. Pada anak-anak, diagnosis pasti dari RA, tapi harus
menunggu timbulnya manifestasi sendi. Pencetusan penyakit sering menyerupai
pencetusan proses penyakit infeksi akut dengan demam tinggi, ruam, leukositosis
dan laju endap darah yang cepat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan RF secara aglutinasi latex terhadap 15 sampel
pasien tersangka RA tahun 2006-2007 di laboratorium RSU Brayat Minulya
Surakarta, didapatkan 4 sampel yang menunjukkan reaksi positif (aglutinasi)
terhadap RF yaitu sampel no. 1, 2, 14 dan 15, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemeriksaan RF pada penderita tersangka RA dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosa RA.
7
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih Della Puspawati dan semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Rheumatoid (http://www.medicastore.com/
Gordon, N. F. 2002. Radang Sendi. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Harti, A. S. 2006. Imunologi Serologi II. Surakarta: Fakultas Biologi D III Analis
Kesehatan USB.
Mansjoer, A. dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta:
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Price, S. A. 1999. Patofisiologi 2, Jakarta: EGC.
Roit, I. M. 1985. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan. Jakarta: EGC.
Sacher, R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Laboratorium. Jakarta: EGC.
Watts, H. D.1984. Terapi Medik. Jakarta: EGC.
Widmann, F. K.1995. Tinjauan Klinis Atas Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta:
EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar